Cara Menentukan Angka Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan



GUSTANI.ID - Salah satu prosedur krusial yang harus dilakukan dalam audit laporan keuangan adalah proses penentuan tingka meterialitas. Materialitas merupakan Suatu jumlah yang besar dimana apabila terjadi penyimpangan/kesalahan penyajian sejumlah tersebut, akan mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan tersebut. Sederhananya materialitas adalah tingkat salah saji yang ditoleransi.

Penentuan tingkat materialitas dalam audit diatur dalam Standar Audit (SA) nomor 320 tentang Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait materialitas:

  • Membutuhkan pertimbangan professional;
  • Bersifat relative (tidak absolut);
  • Ditentukan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan audit serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan opini dalam laporan auditor (Par. A1);
  • Bersifat akumulatif (tidak terpisah/sendiri-sendiri);
  • Tidak ditentukan besaran / nilainya oleh Standar Audit;
  • Dapat berubah seiring dengan progress audit.

Faktor-faktor dalam mempertimbangkan basis (tolak ukur) untuk penentuan materialitas:
  • Unsur-unsur laporan keuangan (contoh: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, beban);
  • Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan keuangan suatu entitas tertentu (contoh: untuk tujuan pengevaluasian kinerja keuangan, pengguna laporan keuangan cenderung akan fokus pada laba, pendapatan ataupun aset bersih);
  • Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta lingkungan ekonomi yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi:
  • Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas (contoh: jika pendanaan sebuah entitas hanya dari hutang dan bukan dari ekuitas, maka pengguna laporan keuangan akan lebih menekankan pada aset dan klaim atas asset tersebut daripada pendapatan entitas);

Berikut ini adalah summary dalam penentuan materilitas dari aspek keuangan :

Aspek keuangan yang dijadikan fokus (user's focus) dalam menghitung angka materilitas adalah :
  1. Earning - Based yaitu angka materilitas mengacu pada laba yang meliputi pretax income, normalized earning, EBIT, EBITDA, atau gross margin. 
  2. Activty - Based yaitu angka materilitas mengacu pada kinerja entitas yaitu pendapatan dan biaya
  3. Capital - Based yaitu angka materilitas mengacu pada permodalan yang meluputi ekuitas dan aset.

Masing-masing entitas memiliki karaktaristik yang berbeda-beda dalam menentukan acuan dalam  menghitung materilitas audit, berikut ini penentuannya berdasarkan karakteristik entitas (characteristics of the entity) :
  1. Entitas Profit Oriented lebih cocok menggunakan earning-based atau activity-based, sedangkan entitas Non-profit oriented lebih tetapt menggunakan activity-based atau capital - based
  2. Untuk entitas yang sudah konsisten memperoleh laba setiap tahunnya (profitable) lebih cocok menggunakan earning-based, sedangka untuk entitas yang rugi atau masih titik impas (break event or loss making) lebih cocok menggunakan activity - based atau capital - based.
  3. Untuk entitas yang sudah lama berdiri (mature) lebih cocok menggunakan earning-based atau activity-based, sedangkan untuk entitas yang baru memulai operasional (start-up) lebih cocok menggunakan activity-based atau capital-based.
Lantas berapa persen (%) angka materialitas dari setiap basis laporan keuangan yang dijadikan acuan ? tidak ada standar baku yang diatur oleh SA. Namun angka persentase  yang pada umumnya digunakan dalam menentukan materialitas audit adalah sebagai berikut :
  1. Pretax income 5% - 10%
  2. EBIT 5% - 10%
  3. EBITDA 2% - 5%
  4. Gross Margin 1% - 4%
  5. Revenues 1/2% - 2%
  6. Operating Expenses 1/2% - 2%
  7. Equity 1% - 5%
  8. Aset 1/2% - 2%
Faktor - faktor yang menentukan besaran persentase dapat diilustrasikan sebagai berikut :


  1. Number of shareholders, semakin banyak pemegang saham maka semakin rendah persentase materialitas begitu pun sebaliknya, karena risikonya semakin tinggi.
  2. Traded debt or covenant, jika entitas memiliki hutang atau perjanjian yang diperdagangkan maka tingkat materialitas rendah, jika tidak memiliki maka materialitas tinggi.
  3. Likekliy to go public in two or three years, jika entitas sudah ada rencana akan melakukan go public pada beberapa tahun ke depan maka tingkat materialitas rendah, begitu pun sebaliknya.
  4. Changes in the business environment, jika terjadi perubahan lingkungan bisnis yang signifikan maka persentase materialitas rendah, begitu pun sebaliknya.
  5. Viability of the business, jika kelangsungan usaha entitas baik maka tingkat materialitas tinggi, namun jika tidak baik (poor) maka tingkat matarialitas rendah.
  6. External financing, jika perusahaan memiliki pembiayaan dari pihak eksternal yang terus meningkat, maka persentase materialitas rendah, begitu pun sebaliknya. 

Semoga bermanfaat !


Referensi : Materi ini diresume dari materi Webinar IAI dan Ruang Seminar pada 9-10 Januari 2021 dengan tema Risk Respone Dalam Prosedur Audit berbasis Risiko Menggunakan Aplikasi ATLAS oleh  Bpk Rizki Damir Mustika, SE., Ak., CA., CPA., ASEAN CPA Partner KAP Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan (Member of Audittrust International)

Terimakasih telah berkunjung ke blog Gustani.ID, Semoga bermanfaat !
EmoticonEmoticon