Six Dangerous Myths about Pay

6 Mitos Berbahaya Tentang Gaji (Six Dangerous Myths About Pay)

Gustani.ID - Banyak teori atau pandangan yang salah mengenai gaji. Jeffry Pfeffer dalam jurnalnya yang berjudul “Six Dangerous Myths about Pay” menjelaskan terdapat enam mitos berbahaya tentang gaji yang banyak digunakan oleh perusahaan terhadap karyawannya. Mereka beranggapan 6 mitos ini akan meningkatkan produktifitas karyawan, padahal sebaliknya. Berikut ini 6 mitos berbahaya tentang gaji :

Pertama : Labor rates and labor cost are the same thing

Banyak orang beranggapan bahwa labor rates sama dengan labor cost. Padahal keduanya adalah metode penggajian yang berbeda. Labor cost adalah penggajian berdasarkan produktivitas karyawan, sedang labor rates merupakan penggajian berdasarkan jam kerja.
Contoh pada dua perusahaan steel companies. Perusahaan 1 menerapkan gaji $18,07/jam, sedang perusahaan 2 menerapkan gaji $21,52/jam. Namun ternyata hanya 34% waktu untuk bekerja, 63% scrap, sedang presentasi gaji sebesar 19%.

Kedua : You can lower your labor costs by cutting labor rates

Banyak manajer yang beanggapan bahwa untuk menurunkan labor cost kerja dengan cara memotong labor rates. Padahal penurunan labor rates tidak boleh menurunkan produktivitas. Karyawan boleh saja dari segi waktu turun, namun dari segi produktivitasnya tidak boleh turun.
Contoh, pekerja lama mendapat upah $2000/minggu, perusahaan ingin memotong labor rates dengan memperkerjakan pekerja baru dengan $500/minggu, namun karena belum terampil sehingga menurunkan produktivitas.

Ketiga : Labor cost constitute a significant prportion of total cost

Para manajer berasumsi bahwa labor cost merupakan porsi terbesar terhadap total biaya. Padahal biaya tenaga kerja merupakan biaya variabel yang fleksibel sehingga dapat menyesuaikan. Contoh pada perusahaan US Apparel Manufactur dimana biaya tenaga kerja hanya 15% dari total biaya.

Keempat : Low labor costs are a patent and sustainable competitive weapon

Banyak persepsi yang muncul menyatakan bahwa biaya tenaga kerja yang rendah merupakan hal yang penting dalam memenangkan persaingan biaya. Padahal biaya tenaga kerja hanya salah satu cara bukan satu-satunya cara dalam persaingan. Ada elemen penting lainnya dalam persaingan, seperti kualitas pelayanan terhadap pelanggan, kualitas pengiriman, dan inovasi produk.
Contoh Gaji karyawan perusahaan Men’s Warehouse lebih besar dari karyawan toko pada umunya, namun Men’s Warehouse lebih kompetitif dari pesaingnya, karena karena karyawannya memiliki skil yang baik.

Kelima : Individual incentive pay improve performance

Banyak manajer yang berasumsi bahwa insentif secara individu itu dapat meningkatkan performa kinerja karyawan. Padahal insentif individu dapat menyebabkan
- Rendahnya kerjasama dalam tim
- Karyawan fokus pada jangka pendek
- Karyawan percaya bahwa gaji tidak tergantung pada kinerja tapi pada hubungan baik dengan atasan

Contoh : perusahaan Lantech menerapkan insentif individu pada karyawannya yang menyebabkan persaingan begitu ketat antara karywan sehingga terjadi konflik

Keenam : People work for money

Mitos ini menyatakan bahwa karyawan bekerja hanya untuk uang. Padahal banyak karyawan yang bekerja tidak semata-mata karena uang, ada yang bekerja dengan tujuan untuk aktualisasi hidup, mencari kebahagian, atau bahkan yang memiliki persepsi bahwa kerjanya untuk beribadah. Motif dalam bekerja akan mencerminkan komitmennya dalam bekerja.
Contoh : Perusahaan SAS Institute yang memiliki karyawan dengan tingkat turnover yang rendah karena menerapkan variasi dalam project yang mereka kerjakan, lingkungan kerja yang menyenangkan, dan perhatian serta penghargaan yang diberikan kepada karyawan.

Terimakasih telah berkunjung ke blog Gustani.ID, Semoga bermanfaat !
EmoticonEmoticon